Cara Tepat Mengelola Karyawan Milenial
Cara Tepat Mengelola Karyawan Milenial – Supaya sebuah perusahaan bisa terus berkembang, ada berbagai faktor penting yang harus diperhatikan. Mulai dari kualitas produk dan pelayanan, strategi pemasaran yang berdampak pada penjualan, hingga kualitas sumber daya manusia yang menghandle pekerjaan.
Berbicara mengenai sumber daya manusia, di sebuah perusahaan mungkin terdiri dari karyawan beda generasi.
Setiap generasi memiliki karakteristik tersendiri. Berbeda zaman, berbeda perlakuan. Jika tidak mau memahami, siap-siap ada kemungkinan ditinggal karyawan.
Jika perusahaan menginginkan karyawan yang loyal, tentu harus diimbangi dengan melihat apa saja yang bisa diberikan perusahaan untuk karyawan.
Pentingnya Mengenal Karakteristik Karyawan Milenial
Saat ini, posisi di dunia kerja banyak diisi oleh generasi milenial. Tentunya hal tersebut menjadi PR tersendiri untuk perusahaan melalui tim HRD, tentang bagaimana mengelolanya supaya selaras dengan perusahaan.
Siapakah millennial? Menurut Pew Research Center, milenial adalah mereka yang lahir antara tahun 1981 dan 1996.
Jika digambarkan dalam satu kalimat, yang mereka perjuangkan adalah tujuan, hasrat, kekayaan yang bermakna, kreativitas, komunitas, dan dampak positif yang bisa mengubah dunia.
Baca Juga: Cara Memantau Kinerja Karyawan dengan Aplikasi
Jika tidak bisa berkembang di perusahaan, mereka bahkan tak segan untuk berpindah. Mengenali karakteristik ini bisa menjadi referensi cara memberdayakan karyawan milenial.
Karakteristik Karyawan Milenial yang Perlu Diketahui Perusahaan
Perusahaan perlu mengetahui karakteristik karyawannya sebelum memikirkan strategi untuk memberdayakannya. Berikut karakteristik karyawan milenial:
- Tumbuh bersama teknologi
Karyawan milenial tumbuh bersama teknologi. Tidak heran, mereka mengandalkan teknologi seperti laptop, smartphone, dan gadget lainnya untuk melakukan berbagai pekerjaan.
Mereka juga senang berkomunikasi melalui pesan teks, email, Instagram, Twitter, dan media baru lainnya.
Teknologi sudah menjadi hal biasa karena mereka terkoneksi selama 24 jam. Oleh karena itu, pekerjaan yang fleksibel menjadi dambaan.
- Makna lebih utama daripada uang
Apa yang diinginkan bukan sekadar gaji, tapi mencakup tujuan yang bermakna. Bekerja lebih keras tentu menyenangkan dilakukan saat pekerjaannya berkontribusi pada hal besar.
Meski begitu, bukan berarti uang tak ada artinya. Selalu ada keinginan untuk memiliki uang yang lebih. Uang itu untuk menopang pilihan hidup yang dijalani.
Hanya saja untuk mencapainya tidak harus menghalalkan segala cara. Uang itu dibiarkan mengalir dengan makna.
Hal ini sejalan dengan survei yang dilakukan Deloitte, di mana milenial lebih mengutamakan keragaman, inklusi, dan fleksibilitas daripada uang apabila mereka ingin bertahan di perusahaan untuk jangka waktu yang lama.
- Mendengarkan hasrat pribadi
Milenial tidak takut untuk mendengarkan suara hati diri sendiri. Mulai dari tempat dimana mereka berada, untuk apa waktu mereka dihabiskan, dan bagaimana bakat mereka dikerahkan.
Apa yang tidak disukai, apa yang tidak dipercaya, apa yang tidak menginspirasi, semua itu akan dijauhi. Tidak ada hal yang bisa membeli kesetiaannya.
- Kolaborasi dalam keberagamanÂ
Dalam sebuah tim, karyawan milenial tidak terlalu peduli rekannya dulu bersekolah dimana, bagaimana status keluarga rekannya, yang terpenting adalah komunitas dan kreativitas.
Milenial peduli pada bagaimana sebuah tim saling berkolaborasi untuk menyelesaikan pekerjaan dengan hasil terbaik.
Ada sebuah kesenangan ketika saling merangkul keberagaman untuk mencapai satu tujuan.
- Orientasi pada pencapaian
Millennial percaya diri, penuh ambisi, dan berorientasi pada prestasi. Apa yang ingin dicapai, mereka kreatif dalam mencari cara untuk mencapainya. Meski tak langsung berhasil, adanya ambisi berhasil mengobarkan kembali semangat untuk mencapainya.
Saat berada di tempat kerja, milenial akan mencari hal baru yang menantang. Harapan mereka pada atasan juga tinggi. Apalagi untuk melakukan pekerjaan yang bermakna.
- Menginginkan perhatian
Saat melakukan pekerjaan ada harapan untuk mendapatkan perhatian. Apabila mereka berhasil melakukan sesuatu, berikanlah pujian.
Milenial juga menginginkan mentor yang bisa membimbing untuk mengembangkan bakatnya. Kesempatan untuk bertumbuh ini memang selalu didambakan oleh milenial.
Disini boomer yang telah memiliki pengalaman lebih banyak, bisa memberikan ilmunya sebagai bentuk kontribusi.
Boomer juga bisa belajar dari milenial mengenai segala sesuatu yang milenial lebih ahli seperti teknologi.
- Mudah berpindah
Sifat milenial yang senang tantangan baru membuatnya berpikir untuk pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Ketika 2-3 tahun dianggap cukup, selanjutnya adalah mencari posisi yang lebih baik.
Meski begitu, setiap keluar dari perusahaan mereka membawa pengalaman. Jika mereka pernah bekerja untuk beberapa perusahaan tentu banyak juga pengalaman yang didapatkan.
Sebelum memutuskan untuk berpindah ke setiap perusahaan, milenial memperhitungkan kecocokannya dengan dirinya. Baik tentang kenyamanan maupun pekerjaan yang dinamis.
Saat benar diterima, milenial akan bersemangat dan bekerja keras untuk itu. Saat sudah nyaman. maka jangan heran apabila banyak ide yang keluar dari pikiran mereka.
Baca Juga: 7 Aplikasi Tracking Karyawan untuk Tingkatkan Omzet Bisnis
Generasi Milenial dan Generasi Lainnya
Generasi milenial dalam dunia kerja tentu berbeda karakteristik dengan generasi lainnya. Berikut adalah perbedaan yang sebenarnya tetap bisa membuat mereka bekerja sama:
- Perbedaan generasi milenial dan generasi baby boomer
Di tempat kerja, generasi milenial sering dibandingkan dengan baby boomer. Meskipun generasi di atas milenial adalah generasi X.
Hal ini dikarenakan perbedaan karakteristik yang cukup jauh. Sedangkan generasi baby boomer dan generasi X tidak begitu jauh. Saat penyerahan tongkat estafet dari baby boomer dan X juga tidak menimbulkan perubahan yang begitu besar.
Baby boomer biasanya orang yang pekerja keras. Pemanfaatan teknologi tidak terlalu berpengaruh terhadap keputusan mereka dalam mengambil pekerjaan di perusahaan. Sedangkan milenial lebih sering menggunakan teknologi untuk bekerja.
Meski begitu, baby boomer dan milenal tetap bisa bekerja sama. Bentuklah tim yang berisi keduanya sehingga mereka bisa saling membantu atau berkolaborasi.
- Perbedaan generasi milenial dan generasi z
Milenial juga bisa dipertemukan dengan generasi z di tempat kerja. Generasi z tepat di bawah generasi milenial.
Generasi Z cenderung pragmatis sedangkan milenial idealis. Hal ini dikarenakan generasi Z tumbuh setelah The Great Recession yang memungkinkan mereka melihat kerumitan finansial orang tua mereka.
Milenial dinilai idealis karena tumbuh dalam kemakmuran yang dimiliki orang tua mereka si generasi baby boomer.
Milenial sering mengejar job rules, ditandai dengan lebih memilih pindah perusahaan demi posisi tertentu. Hal ini berbeda dibandingkan generasi Z yang lebih fokus pada career path. Generasi Z mau bertahan dalam jangka panjang di perusahaan apabila ada kesamaan nilai-nilai.
Di balik perbedaan yang ada, berbagai generasi tetap bisa saling bekerja sama. Begitu juga dengan generasi milenial dan generasi Z ini yang sama-sama menyukai komunikasi. Ini akan memudahkan kerja sama antara mereka berdua dalam bekerja.
Cara Menghadapi Karyawan Milenial
Adanya perbedaan karakteristik karyawan milenial dengan lainnya, tentu berbeda pula cara mengelolanya. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan perusahaan dalam menghadapi karyawan milenial:
Beri ruang untuk berkembang
Seperti yang sudah diketahui, karyawan milenial senang berada di perusahaan yang bisa membuatnya berkembang.
Perusahaan harus memberi ruang untuk berkreasi, mencoba hal baru, berdiskusi, dan meningkatkan kemampuan yang dimiliki.
Cara yang bisa dilakukan ialah rutin mengadakan workshop, pelatihan, dan kegiatan lain yang bisa bermanfaat untuk mereka.
Ketika kompetensi karyawan milenial semakin meningkat, hal ini juga menguntungkan untuk perusahaan. Karyawan yang senang diperhatikan oleh perusahaan akan membuat kinerjanya semakin baik. Mereka akan berusaha memenuhi ekspektasi perusahaan.
Atasan yang mudah diajak berkomunikasi
Setiap atasan di perusahaan harus mudah diajak berkomunikasi oleh bawahannya. Hal ini karena milenial cenderung suka berpikir kritis dengan mengajukan banyak pertanyaan.
Disinilah perlunya peran pemimpin yang mau mendengarkan dan menjalin komunikasi. Jadilah mentor yang bisa mengajari apa yang milenial butuhkan. Cara mengambil keputusan, cara mengatasi risiko, cara berkolaborasi, dan lainnya.
Pengetahuan milenial yang meningkat juga menguntungkan untuk perusahaan. Tak jarang berbagai ide bisa muncul saat berdiskusi dengan mereka. Tingkat loyalitas pun semakin meningkat.
Berikan tugas dalam sebuah tim
Milenial yang senang berkolaborasi cocok apabila mengerjakan tugas dalam sebuah tim. Hal ini akan meningkatkan solidaritas sesama karyawan.
Mereka akan terbiasa mengerahkan usaha supaya pekerjaan selesai dengan hasil maksimal, meski di dalam tim terdapat berbagai macam individu dengan pola pikir berbeda.
Pekerjaan pun selesai dengan efektif dan efisien, produktivitas jadi meningkat.
Beri Support dan Apresiasi
Milenial dalam memenuhi tuntutan kerja membutuhkan support oleh perusahaan. Berikan umpan balik atas pekerjaan mereka, berikan dukungan, dan kenali keunggulan mereka.
Membangun kedekatan dengan bawahan akan membuat mereka lebih merasa didukung, kemudian lebih berusaha untuk memberikan hasil terbaik.
Apabila kinerja mereka sudah baik, jangan lupa untuk tetap memberikan apresiasi. Hal ini meskipun sederhana akan membuat mereka merasa dihargai.
Perhatikan hasil akhir
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh perusahaan teknologi bernama Qualtrics, ditemukan sebuah persepsi bahwa generasi yang malas didasarkan pada keputusasaan antara generasi milenial dan generasi atasnya.
Hal ini terlihat dari pemrioritasan struktur dan proses. Generasi sebelum minelial lebih fokus pada aturan jam kerja maupun cara berpenampilan. Sedangkan milenial lebih memerhatikan hasil akhir.
Dapat disimpulkan bahwa mengelola karyawan milenial harus berfokus pada hasil dan sedikit melonggarkan aturan. Inilah cara untuk mempertahankan milenial.
Milenial memang bekerja keras untuk mendapatkan hasil. Namun, perusahaan juga harus menyesuaikan dengan karakteristik mereka dengan melonggarkan aturan jam kerja dan cara berpenampilan. Jadilah fleksibel terhadap perilaku dan cara kerja milenial.
Beri izin untuk work from home
Padukan karakteristik yang ada, seperti memadukan teknologi dengan fokus melihat hasil akhir.
Dari sini, milenial memiliki pilihan untuk bekerja dari mana pun meski jarak jauh. Memang ada kalanya perlu datang ke kantor tetapi hanya saat diperlukan. Dengan begitu, memiliki kesempatan lebih untuk mewujudkan work life balance dengan work from home.
Hal ini jika dikelola dengan baik pasti akan meningkatkan produktivitas milenial.
Baca Juga: Cara Meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan
Gunakan teknologi yang memudahkan pekerjaan
Milenal senang bekerja di perusahaan yang menyediakan fasilitas lengkap guna mendukung pekerjaan mereka.
Salah satu yang menjadi perhatian adalah penggunaan teknologi dalam menyelesaikan pekerjaan. Apakah perusahaan memiliki alat elektronik yang memudahkan dalam bekerja, bagaimana kecepatan koneksi internet, dan apakah ada fasilitas lainnya.
Alat yang mumpuni tentu membuat penyelesaian tiap tugas jadi lebih efektif dan efisien. Sedangkan fasilitas lainnya dianggap sebagai benefit.
Dalam memenuhi ekspektasi karyawan milenial tentang penggunaan teknologi di perusahaan, bisa dengan menggunakan perangkat lunak CRM seperti aplikasi Hadirr.
Fitur absensi online dengan selfie pastinya seirama dengan milenial yang selama ini tumbuh bersama teknologi. Cukup sekali selfie, lokasi terdeteksi di manapun mereka bekerja.
Saat bekerja sebagai karyawan lapangan, milenial yang senang berkolaborasi tepat untuk difasilitasi dengan fitur Hadirr sales. Ini akan meningkatkan produktivitas sebuah tim sales.
Pergerakan karyawan dari satu tempat ke tempat lainnya juga bisa dilihat secara real time. Fitur client visit sangat memudahkan hal ini karena lokasi mereka tercatat menggunakan GPS.
Perusahaan cukup memonitor dan mengunduh laporan mereka hanya dengan sekali klik. Pakai Hadirr, pasti lebih mudah!
Ingin kemudahan juga dalam mengelola gaji dan data milenial? Gunakan teknologi yang mendukung seperti aplikasi HR dan payroll Gadjian.
Fitur hitung gaji dan PPh 21 online memudahkan perhitungan gaji secara online dengan beragam komponen lainnya.
Selain itu, kelola cuti juga lebih cepat. Karyawan tinggal mengajukan cuti melalui aplikasi, persetujuan pun didapat secara online. Setiap periode cuti sangat fleksibel untuk dikelola.
Apabila terjadi hal mendesak, milenial bisa mengajukan izin/sakit secara online. Lebih hemat waktu untuk segera menyelesaikan urusan dan memulihkan diri.
Tawarkan benefit yang bermanfaat dan menarik
Seperti yang sudah diketahui, milenial tidak hanya melihat gaji ketika bekerja di perusahaan. Mereka akan mencari perusahaan yang juga memberikan benefit lainnya.
Milenial peduli terhadap gaya hidup sehat, sehingga perlu memberikan sesuatu untuk menunjang work life balance karyawan. Salah satu platform benefit karyawan yang cocok untuk memenuhi kebutuhan milenial adalah Payuung.
Milenial bisa meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan finansial dengan beragam produk yang ada. Semua bisa diakses secara aman dan nyaman.
Cara ini membuat mereka merasa dipedulikan oleh perusahaan selain mendapatkan gaji yang bagus. Tunggu apalagi, pakai Payuung!